Hallo semua selamat datang di Blog aku. Perkenalkan Aku Ratu penulis blog ini yang menulis cerita random perjalanan dan pengalaman hidupkku, mungkin beberapa ceritanya bisa bermanfaat buat kalian yang mau mencari info relevan.
"Aksi sederhana bisa jadi berdampak besar dikemudian hari dan tidak ada perbuatan baik yang sia-sia, oleh karena itu tetaplah dalam pijakan yang sama tahun ini karena 10 tahun kemudian bersiaplah menangis bangga"
Sharing kali ini aku akan mulai dengan cerita. Cerita tentang pengalaman mengajar di kelas pelosok Lombok Barat, Desa Sedau, Lebah Suren.
![]() |
Potret kelas di Dusun Lebah Suren, Sedau (Doc. Pribadi) |
Sejak membuka kelas 2017 lalu, kelas di Lebah Suren terus berlanjut hingga 2020 tahun lalu. Bertahun-tahun di kelas itu aku pribadi banyak dihantam cerita-cerita mengerikan tentang budaya yang mendarah daging di kampung tersebut.
Apalagi kalo bukan Budaya Merarik kodek (pernikahan dini) yang marak tentu saja karena keterbatasan akses pendidikan. Beberapa faktor yang terlihat dimata seperti:
- Kurangnya akses pendidikan, jadi ketika sudah lulus SMP atau SMA mereka tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi karena jauh dari kampung dan tidak punya gambaran tentang itu
- Lapangan Pekerjaan yang hanya menjadi petani atau mengurus ladang membuat orang-orang disana sekali lagi tidak punya gambaran pekerjaan lain yang bisa mereka dapatkan, jadi hanya berakhir pada sektor itu-itu saja
- Latar belakang orang tua yang tidak berpendidikan membuat mereka tidak bisa memotivasi anaknya dan anakpun tidak punya motivasi yang cukup untuk melanjutkan sekolah
- Latar belakang ekomomi yang kurang yang membuat anak-anak berakhir pada kerja sejak dini, eksploitasi dan paling buruk menikah demi mengurangi beban keluarga yang hal ini tanpa mereka sadari menambah beban diri mereka karena memiliki keluarga baru yang tentu saja menjadi rantai penyambung kemiskinan untuk masyaraka
Dari faktor-faktor yang terlihat pada lapangan tersebut membuat saya sering menangis ketika sedang mengisi kelas. Beberapa anak kadang tidak hadir karena harus berjualan hasil ladang orang, beberapa juga tidak bisa hadir karena kelas sore dan dijam tersebut mereka harus membantu mengasuh adik-adik, menyiapkan makanan dll (Karena orang tua yang bercerai dan hanya tinggal bersama nenek).
Sejak kelas berjalan adik-adik juga tersadar dan sering mengeluh tentang budaya yang dianut masyarakat mereka, karena setiap kelas aku pribadi sering menyelipkan beberapa pesan diakhir kelas seperi
"Kalian punya masa depan diluar sana, jangan terlalu terpaku sama hal yang ada disni, memangnya kalian tidak penasaran tentang hal-hal menarik diluar sana?"
atau seperti:
"Kalo kalian memilih berakhir dengan nasib yang sama (pernikahan dini) maka jangan harap kalian punya kesempatan untuk merubah kesejahteraan kalian atau kesejahteraan kampung kalian"
Alhasil mereka bercerita tentang betapa mereka ingin sekolah keluar (dari desa terpencil mereka) dan kalo bisa melupakan tempat mereka barang sesaat untuk fokus belajat, tapi ada satu hal juga yang akhirnya membuat menangis
"Miss, kami dan saya pribadi ingin sekali melanjutkan sekolah keluar, seandainya saja ada biaya saya ingin sekali sekolah di pesantren agar tetap fokus pada cita-cita"
Saya sedih karena cita-cita mereka bukan lagi cita-cita sederhana ketika kita menyebut ingin menjadi guru, mereka ingin menjadi guru karena mereka muak dengan berkahirnya kaum perempaun di desa mereka di ambang pernikahan dan perceraian yang mengakibatkan mereka menjanda diusia yang sangat amat belia. Cita-cita mereka jauh lebih mulia dari kita yang sekalipun menyebut ingin mempunya cita-cita sukses untuk diri kita.
Mengajar mereka saya bahkan jauh dibuat lebih banyak belajar, belajar bagaima terus tetap pada proses kebaikan-kebaikan dan aksi-aksi yang meski itu sangat sederhana bagi kita, tapi belum tentu bagi orang lainnya.
Sekarang anak-anak ajar di desa itu sudah banyak yang melanjutkan ke pondok pesantren meski beberapa harus tetap berjuang di sana tapi gpp sudah cukup mereka membuktikan bahwa mereka tidak akan tinggal dia dengan budaya mengerikan itu, mereka mengambila langkah yang masyaaAllah, entah bagaimana caranya Allah membuka jalan, tapi yang pasti aku yakin di benak mereka tetap tertenam cita-cita mereka yang pastinya di detik ini saja kita mengenang itu selalu membuatku bangga.
Semoga jalan yang terbaik untuk mereka, suatu saat aku akan ceritakan kembali pada dunia tentang hebatnya kalian memberikan pelajaran luar biasa. See you on top my favorite girls! Allah bersama kita selalu.
Komentar
Posting Komentar