Malam Tersakral yang Tidak Terlupakan Seumur Hidup Selama di Pesantren

 

Cerita pahit manis kehidupan santri|Santri Kece #WritingChallange Bagian 2




Wah senang sekali cerita tentang pesantren banyak yang support. Makasi ya buat kalian pembaca setiaku. Kalian hebat banget mau luangin waktu untuk ini wkwk. Gpplah ya sekaliah refresh otak yang udah capek seharian mikirin yg berat-berat terus.


Okeeey mari kita lanjott. Cekidot!!!

***

Kejadian seperti apakah itu? pengadilan malam mahkamah seperti apa yang kami dapatkan? 

Desember 2009
Sebenarnya aku tidak terlalu yakin tepatnya bulan apa, jadi aku kira-kirakan aja itu bulan desember, kejadian ini adalah kejadian yang gaakan pernah aku lupakan, seumur hidup sampai akhir khayat! Dimana kami semua satri baru MTs maupun MA dipanggil semua pada malam mahkamah. Alamatlah kami akan segera diadili untuk sebuaah kesalahan besar karena tidak biasnya semua anggkatan dipanggil begini. Kami sudah berbaris rapi memanjang dilapangan, masih lengkap dengan mukena dan sujadah dan Quran yang kami tenteng. Tentu saja kami tegang? Oh My Lord jangan tanya seberapa tegangnya. Kami bahakan tidak berani berbisik dan saling pandang, karena kami tau ini adalah jenis mahkamah yang akan tertulis dalam sejarah organisai.

Lama kami menunggu, ratusan jumlah kami berbaris rapi bak pasukan putih (bermukenah). Akhirnya datanglah 5 orang Azizah OSNH (Azizah adalah panggilan  kakak dalam Bahasa Arab yang kami gunakan di Pesantren dan OSNH adalah Organisasi Santriwati Nurul Haramain) membawa "Asho" atau bambu ditangan masing-masing lengkap dengan buku pusaka. Aku lupa bagaimana menelan ludah. Kakiku gemetar. Tidak ada yang berani bersuara, sunyi. Aku ingin kabur tapi berlaripun takbisa, ingin ngesot tetap tidak berani. Duuh pokoknya itu moment yang aku akan bilang berkali kali kalo aku tidak akan pernah bisa melupakannya. 

Kurang lebih suasana malamnya seperti di gambar ini, tapi ini suasana mengaji, bayangkan saja kalau  santriwati yang bermukenah ini semua berdiri, begitulah kira-kira barisan kami memenuhi lapangan pesantren.

Sumber: Dokumentasi Album Foto di Facebook Ust. Sarjuliadi


"ALLUGOH! ALLUGOH! ALLUGOH! LOGOTUKUM YA UKHTIII!"
Suara azizah tanpa mikrofon namun bisa menembus sampai rongga dada terdalam wkwk. Maksudku dai betul-betul marah pada kami. Teriakan diatas adalah sekian banyak treakan yang ia lontarkan kurang lebih maksudnya "BAHASA! BAHASA! BAHASA KALIAN WAHAI SUDARAKU!" Kami di bawa kemahkamah ini karena Bahasa kami setelah 3 bulan berlangsung ternyata tidak banyak berkembang. Azizah- azizah itu bergantian berceramah kurang lebih maksudnya sama, memerintahkan kami lebih memerhatikan bahasa kami lagi, karena setelah 3 bulan kami bukanlah Santriwati baru lagi yang harus dikasihani.

Betul saja malam itu tanpa kasiahan dan tanpa ampun kami dihukum "PLAK! PLAK! PLAK!" Bambu pertama mendarat di kaki Azizah MA entah siapa dia, yang pasti dia cukup malang karena mendapatkan pukulan pertama yang tentu sangat bertenaga wkwkwk ya Ampun aslinya waktu itu gabisa ketawa tapi pas balik mau ceritain ini malah pengen ketawa terus. Oke lanjoottt... tetap dihabisnya kami semua malah itu. Saat tiba giliran teman didepanku aku bisa melihat dengan jelas bagaimana kakak itu memukul betis temanku, yang dipukul hampir terjatuh dipukulan terkakhir dan bambu itu sekarang patah menjadi dua. Ya Tuhan ngeri bgt.

Saat tiba giliranku, aku sudah pasrah, terserah ya Allah bagaimanapun rasanya aku hanya ingin ini cepat-cepat berlalu dan aku bisa lulus dari pondok ini sesegera mungkin (Padahal itu baru tahun pertama dan aku punya 5 tahun lagi untuk lulus hahaha)
Betul saja rasa sakitnya tidak seseram yang aku duga, mungkin karena ketika giliranku tiba azizah yang amat kejam berteriak itu memberi azizah yang lain untuk giliran memukul. Dia capek juga sepertinya dan malam itu penuhlah tangis dikamar santri wati baru MA terlbih dikamar santriwati MTs. Aku tidak menangis malah bersyukur dan mencari-cari kakak baik hati yang memukulku dengan baik hati pula wkwk. Tapi aku juga cukup kasian dengan teman-teman dan Azizah yang lain yang kena pukul bahkan sampai memar biru berhari-hari. Sungguh nasib..nasib.

Aku tidak terlalu mengerti kenapa sampai kita dipukul masaal bersama 2 angkatan sekaligus (Santriwati baru angkatan MA & MTs) aku juga tidak tahu siapa biang keroknya. Yang pasti aku dan teman-temanku yang memang agak sering ngobrol dan main bareng sudah sekuat mati menghapal semua pamflet yang ada di seluruh penjuru pondok untuk kami aplikasikan ketika berbicara, tidak pernah bolos menghafal mufrodat atau vocab dan rajin sekali menulis kosa kata dan membawa buku kecil untuk mencatat dan menengok kembali apabila ingin bicara. Sunggu aku adalah Santriwati yang amat taat pada masanya wkwk. Aku tidak merasa kesulitan setelah 3 bulan untuk menggunakan bahsa resmi meski masih sering melihat contekan buku kecil, tapi itulah jalan ninja satu-satunya jika tidak mau punya dendam tersembunyi denga para spy.


Akhinya tibalah  minggu penjengukan. Hari Jum'at adalah hari penjengukan umum untuk para santri wati. Tentu saja aku harus dan wajib dijenguk kalo tidak begitu habislah aku mendatangi para wali santri meminjam handphone meneror orang tuaku. Pokoknya tidak ada sejarahnya ratu tidak dijenguk pada masa itu karena ratu yang cengeng ini akan berubah menjadi naga bernafas api jika itu terjadi wkwk. Setelah kedua orang tuaku datang buru-buru aku membuka percakapan tentang kejadian sejarah tumpah darah air mata malam itu, malam mahkamah paling seram sepanjang hidupku dan you know guys apa respon orang tua ku "Baguslah biar kalian kapok gapake bahasa, biar cepat pintar!" Pinterrrr kaliii mereka bersilat lidah wkwk. Maksudku kan apa tidak ada dipikiran mereka debar jantung yang seakan mendesak ingin meloncat dari tulang dada? wkwk
Waaah tidak habis pikir sih, tapi sekarang kalo dipikir-pikir memang bagus juga hukuman malam itu, aku saja sejak kejadian itu lebih giat lagi memakai bahasa dan lancar menggunakanya sampai 6 tahun kemudian bahkan sampai sekarang wkwk (Tp skrng bahsa arab  banyak lupanya karena udah ga di pesantren wkwk) Tidak hanya lancar saya mendapat ranking 1 saat pertama kali ujian lisan ada dipondok (bismillah ga niat sombong), dan ujian lisan memang khusus diadakan untuk ujian kepondokan soalnyapun kalo gabahsa inggris ya bahasa arab ditambah hafalan quran dan fiqih. Tapi percayalah dengan semua pencapaian itu sampai detik-detik kenaikan kelas 2 MTs saya tetap masih rutin minta pindah sekolah hahaha.



Sampai disini dulu ya ceritanya semoga kalian dapat gambaran bagaiaman disiplin di pesantren benar-benar diteggakkan. Aku sering kaget ketika udah lulus pesantren dan ingin pulang membangun masyarakat dirumah wkwk, ternyata tidak semua orang ingin hidup disiplin alias sueesaaah sekali ngajak semua untuk berdisiplin dan mentaati aturan wkwk. Kurang lebih begitu. Last, seperti biasa see you soon semoga segera terbit bagian selanjutnya wkwk.
Bersambung...







Komentar